Jakarta, CNN Indonesia

Gula langka di sejumlah minimarket di Jakarta beberapa waktu balakangan ini.

Salah satu kelangkaan terjadi di Indomaret di kawasan Otista, Jakarta Timur. Ardita, petugas di Indomaret tersebut mengatakan kelangkaan terjadi sejak beberapa waktu belakangan ini.

“Banyak banget yang nanyain gula, setiap hari pasti ada yang bertanya 1 atau 2 orang,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (19/4).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi sayang barangnya lagi tidak ada. Ia bercerita pasokan gula terakhir masuk ke toko yang dijaganya sejak seminggu sebelum Lebaran lalu. Saat itu pasokan masuk sebanyak 2 karung gula.

Karung berisi 20 kg. Saat masuk, harga gula berangsur naik dari Rp16 ribu menjadi Rp17.500 per kg. 

“itu terjadi seminggu sebelum Lebaran,” katanya.

Tak hanya di Indomaret, kekosongan juga terjadi di Alfamidi di kawasan yang sama. Pegawai bernama Vera mengungkap pasokan gula di tempatnya pun kosong dalam beberapa hari terakhir.

Padahal, banyak masyarakat yang mencari gula.

“Habis mas, gulanya belum datang. Puluhan orang ada mas yang nanyain gula. Biasanya sekali datang, kita dapat 3 karung gula, tapi memang ini belum ada” ujar Vera.

Namun pemandangan berbeda terjadi di Alfamart Otista Raya. Di sana, pasokan gula baru masuk.

“Itu baru datang mas 2 karung, sudah dibuka karungnya,” pungkas Bimas yang merupakan karyawan di sana.

Selanjutnya, harga di ketiga ritel tersebut dibanderol dengan harga yang sama, yakni Rp17.500 per kilogram (kg).

Kelangkaan pasokan bahan pokok di toko ritel tidak hanya terjadi pada gula. Kelangkaan juga pernah terjadi pada beras.

Kelangkaan terjadi pada Februari lalu.

[Gambas:Video CNN]

Pengusaha ritel menyebut kelangkaan merupakan efek domino bantuan sosial (bansos) atau bantuan pangan yang digeber pemerintah jelang Pilpres lalu.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan ada tiga jenis beras yang selama ini tersedia di ritel modern. Pertama, beras komersial swasta yang sekarang stoknya menipis.

Kedua, beras komersial Bulog. Ini adalah beras yang diserap Perum Bulog dari para petani, yang di mana sekarang tengah mengalami kemunduran masa panen.

Ketiga, beras medium alias Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Ini adalah beras yang dipasok dari Bulog ke pasar, termasuk toko-toko ritel.

“(Suplai) SPHP lancar, tetapi kemarin kan ada prioritas bansos (bantuan pangan). Jadi, kan beras SPHP (dari beras) impor, impornya belum masuk, tapi pemerintah harus tetap memberikan (bantuan pangan kepada) 22 juta masyarakat marjinal itu yang 10 kg. Selama Januari kemarin sudah terkirim hampir 850 ribu ton, jadi kondisinya utamakan itu (bantuan pangan) harus jalan dong,” ucap Roy di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, Senin (12/2).

“Kemarin kita memang sudah dapat SPHP, tetapi ada proses di mana beras impor belum datang, sehingga diutamakan juga dong yang lain. Jadi, kita ini harus agak kurang-kurang sedikit lah, toh masih ada premiumnya. Tapi begitu premium swasta naik (harga), kebingungan juga kan, mau enggak mau SPHP mesti dinaikkan (pasokan) lagi ke ritel,” sambungnya.

(wlm/agt)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *